madrasah

Tuesday, June 1, 2010

Siapa Pemimpin Mathla’ul Anwar Mendatang?

Muktamar Mathla’ul Anwar (MA) tinggal beberapa minggu lagi. Rencananya Muktamar digelar di Anyer 16 – 19 Juli 2010 sekaligus memperingati HUT MA ke 94.
Seperti biasanya, agenda Muktamar terpenting adalah memilih pemimpin MA periode lima tahun mendatang (2010 – 2014). Muktamar kali ini sangat strategis karena MA akan memilih pemimpin baru setelah empat periode dipimpin oleh Irsjad Djuwaeli. Irsjad terpilih sebagai Ketua Umum pada Muktamar 1991 di Jakarta. Sejak saat itu ia berturut turut terpilih kembali dalam Muktamar 1996, 2001 dan 2005. Selama empat periode tersebut, nyaris tak ada satupun kader MA yang berani berhadapan untuk bertarung di Muktamar. Karenanya, figur Irsjad menjadi begitu kuat dan tak terelakan akhirnya menjadi simbol dan personifikasi MA. MA selanjutnya identik dengan Irsjad. MA adalah Irsjad Djuwaeli. Sebegitu melekatnya sosok Irsjad dengan MA, sehingga jika seseorang menyebut dirinya sebagai orang MA, maka orang mengatakan “Oh, Pak Djuwaeli ya…”

Sebenarnya, sejak tahun 2005, Irsjad sudah ingin mengakhiri kepemimpinannya di MA. Namun pada Muktamar 2005 di Pondok Gede Jakarta, AS Panji Gumilang atas desakan Generasi Muda MA berniat mencalonkan diri. Bagi Irsjad, tampilnya Panji Gumilang ini justeru akan merugikan MA. Karenanya, Irsjad batal mundur sebagai calon ketua umum, ia akhirnya secara aklamasi kembali terpilih untuk keempat kalinya.

Lima tahun kedepan, bahkan untuk periode selanjutnya, keadaan ini akan berubah. Seiring dengan akan lengsernya Irsjad Djuwaeli pada Muktamar Juli nanti, maka MA tidak bisa identik lagi dengan beliau. Jika niat Irsjad ini ditepati, hal ini baik untuk MA. Personifikasi individu terhadap organisasi adalah tidak sehat. Organisasi yang modern harus berkembang berdasarkan sistem, tidak bergantung pada figur seseorang. Dalam beberapa kesempatan, beliau menyatakan niatnya untuk lengser dan menyerahkan kepemimpinan MA pada kader yang lebih muda. Ia menganggap baktinya untuk MA sudah cukup. MA perlu memberikan penghargaan yang tinggi kepada Irsjad atas perannya yang panjang membawa MA hingga tetap eksis sampai hari ini.

Tantangan selanjutnya adalah menemukan siapa yang akan memimpin MA. Sejauh ini sudah ada yang digadang-gadang, bahkan secara terang terangan didukung oleh Irsjad. Dialah KH Syadeli Karim. Kabarnya dengan ditemani oleh Ketua Umum PBMA, beberapa Pengurus Wilayah sudah disambanginya, tentu untuk memperoleh dukungan suara pada Muktamar nanti.

Sosok Syadeli –demikian ia biasa disapa—memang cool, berpembawaan tenang, penuh wibawa, serta menguasai ilmu agama yang mendalam. Alumni Timur Tengah ini masih tercatat sebagai pengurus salah satu Parpol berbasis Islam. Dalam sebuah konferensi pers, ia menyatakan kesediaannya mundur dari Parpol jika terpilih sebagai Ketua Umum PBMA.

Dengan figur calon pemimpin seperti ini, bagaimana prospek MA mendatang dalam perannya sebagai organisasi keagamaan yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial? Akan mampukah Syadeli membawa gerbong MA dan mengembangkannya menjadi organisasi yang memberikan manfaat bagi umat? Jawabannya tentu tidak bisa kita dapatkan saat ini.

Hal lain yang penting menjadi catatan warga MA, adalah kurang sehat dan kurang demokratis jika calon pemimpin yang akan dipilih hanya satu. Tengok saja organisasi NU. Sejak jauh-jauh hari menjelang Muktamar, bursa calon Ketua Umum sudah ramai. Bahkan dari kalangan generasi mudapun berani tampil. Sosok Ulil Abshar Abdala yang merepresentasikan anak muda cukup mendapatkan sambutan signifikan, meskipun kandas dalam pencalonan. Tengok pula Muhammadiyah. Organisasi yang akan memperingati 100 tahun ini bahkan akan menyeleksi 100 orang calon pemimpinnya. Lalu MA bagaimana?

Ini mengesankan betapa MA mengalami krisis kepemimpinan. Krisis kader. Apakah tidak ada kandidat lain yang berani maju untuk memimpin MA? Mumpung Muktamar masih enam minggu lagi, masih tersedia waktu bagi calon pemimpin MA yang lain untuk tampil. Jangan biarkan KH Syadeli ‘kesepian’ karena tiadanya calon lain yang berani mendampinginya

No comments: