madrasah

Tuesday, May 25, 2010

Dinamika Workshop I Visi Mathla'ul Anwar 2040


Bertempat di Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA) Pandeglang Banten, hari Sabtu (15/5) diselenggarakan workshop pertama untuk merancang Visi Mathla’ul Anwar 2040. Sambutan dari hadirin cukup meriah dan memandang penting perumusan visi ini sebagai arah dalam pengembangan organisasi MA tigapuluh tahun mendatang.


Hadir dalam workshop tersebut Ketua Umum PBMA Irsjad Djuwaeli, Ketua PWMA Banten Zaenal Abidin Syuja’i, Ketua PBMA Sadeli Karim, beberapa Dekan UNMA, beberapa ketua PDMA di propnisi Banten serta Ketua Umum DPP GEMA MA Sonhaji Ujaji. Acara tersebut juga dihadiri oleh ratusan mahasiswa Universitas Mathla’ul Anwar.
Workshop yang pertama digelar ini menampilkan Asep Saefudin Jahar (alumnus Jerman) serta H. Idjen (sesepuh MA).

Kedua narasumber memaparkan poin penting untuk pengembangan MA kedepan. Asep misalnya menekankan pentingnya pengembangan pendidikan tinggi untuk menunjang keberhasilan pengembangan organisasi. Sedangkan Idjen melihat dari semangat para tokoh dan pelopor MA yang bekerja tanpa mengenal lelah bahkan sakit, rela berkorban bagi kemajuan MA. Pengorbanan para tokoh ini selayaknya menjadi tauladan bagi generasi MA saat ini dan mendatang.

Dalam paparannya Ketua Umum PBMA yang hadir dalam workshop tersebut menyambut baik inisiatif perumusan visi ini dan berharap agar kedepan kepemimpinan MA berada di kalangan kader yang lebih muda sehingga masih memiliki waktu yang cukup untuk merealisasikan visi dimaksud. Irsjad juga berharap agar konsep ini bisa disahkan sabagai salah satu produk Muktamar Juli mendatang. Sementara Ketua PWMA Banten dalam tanggapannya lebih menekankan pentingnya kepemimpinan dalam merancang visi tersebut. Bagi Kang Didin, demikian ia biasa dipanggil, merancang visi berarti juga harus memikirkan kriteria kepemimpinan seperti apa yang tepat untuk dapat melaksanakan visi jangka panjang tersebut. Karena pemimpin akan dihadapkan pada pilihan-pilihan tertentu yang harus diambil demi membawa kemaslahatan bagi organisasi. Sedangkan Sadeli Karim, yang belakangan mencuat sebagai salah satu kandidat Ketua Umum PBMA mendatang, lebih melihat visi dalam tataran yang lebih terukur capaiannya dalam periode waktu tertentu. Misalnya prioritas apa yang akan dilakukan dalam lima tahun pertama, lima tahun kedua dan seterusnya sampai tigapuluh tahun kedepan. Ia mencontohkan, dalam lima tahun pertama barangkali yang harus dilakukan oleh MA adalah konsolidasi organisasi, dengan menata kelengkapan dan soliditas organisasi.

Penanggap lainnya seperti Praktisi Media Anang Aenal Yaqin dan Konsultan Politik Ali Nurdin lebih melihat pengembangan visi dari aspek teknis perumusan konsep selanjutnya. Mereka berdua berharap ada tim yang bekerja untuk mengidentifikasi kekuatan, peluang, tantangan serta kondisi ideal apa yang akan dicapai MA dalam tigapuluh tahun mendatang. Adapun peneliti dari Litbang Depag Ahmad Huriyudin Humaedi, menyoroti dinamika generasi muda MA dalam perannya terhadap pembangunan organisasi. Dalam tanggapannya Huri –demikian ia biasa disapa- menyampaikan pandangannya tentang perlunya menampung aspirasi generasi muda yang terkadang berbeda dengan aspirasi orang tua. “Ini adalah dinamika organisasi, jangan disikapi secara negative”, tegas Huri.

Sedangkan Dekan Fakultas Agama Jihaduddin, melihat Visi MA harus mampu menggambarkan tradisi keagamaan warga MA. Ia menyebutkan bahwa tokoh MA dalam menjalankan ibadahnya berpedoman kepada ahlussunah waljamaah, artinya ini berpijak kepada empat mazhab (mazahibul arba’) bukan kepada salah satu mazhab sebagaimana dilakukan oleh salah satu ormas keagamaan lainya. Menurut Jihad, inilah ciri khas MA.

Sebelum acara diumulai, penyelenggara acara menyampaikan beberapa alasan mengapa workshop ini dilakukan. Mohammad Zen yang diminta menyampaikan sambutannya memaparkan bahwa terselengaranya kegiatan ini merupakan wujud nyata kecintaan dan kebanggaan generasi muda terhadap MA. Dalam sambutan yang sempat terbata ia menekankan betapa anak-anak muda MA memiliki kebanggaan yang luar biasa terhadap MA sehingga meskipun sering diusir, atau ditolak kehadirannya, karena menyuarakan aspirasi yang bertentangan dengan orang tua, namun tidak pernah merasa sakit hati atau ‘ngambek’. Mereka tetap setia berbakti dan berkarya semampunya untuk kemajuan MA. Zen menambahkan diselenggarakannya workshop di UNMA karena kampus adalah tempat berkumpulnya para intelektual, akademisi dan peneliti. Karenanya sudah selayaknyalah konsep-konsep akademik untuk pengembangan organisasi MA seharusnya diproduksi dari dalam kampus. Kegiatan workshop ini lanjut Zen, tidak didanai dari Rektorat atau Fakultas, namun dari iuran beberap hadirin yang berkomitmen tinggi untuk kemajuan MA.

Selain beberapa penanggap di atas, terdapat beberapa mahasiswa yang mengajukan tanggapan, namun substansi tanggapannya lebih berkisar soal kampus yang kurang relevan dengan pembahasan Visi MA 2010. Sonhaji Ujaji yang didaulat untuk menjadi pemandu workshop ini pada bagian akhir workshop mengidentifikasi duapuluh nama untuk menjadi tim perumus Visi MA 2040. Beberapa nama tersebut diantaranya Zaenal Abidin Syuja’i, Ali Nurdin, Anang Aenal Yaqin, Huriyudin, serta beberapa nama lainnya. Ketua PWMA Banten yang sejak awal menaruh perhatian terhadap gagasan ini bahkan bersedia memfasilitasi pertemuan selanjutnya sampai konsep Visi MA 2040 benar-benar terwujud (zen)

No comments: